Saturday, 18 August 2007

WISATA FOTO DI AMERIKA [2]

KOMUNITAS INDONESIA DI PHILADELPHIA

Sebenarnya komunitas asal Indonesia tersebar di kota-kota ‘udik’ dari Negara Bagian Pensylvania, dari Scranton, Harisburg, ke timur lagi Pittsburg, sampai kota-kota yang berbatasan dengan Negara Bagian Ohio. Tapi ‘markas besar’ berada di Philadelphia, ini terlihat dengan jumlah mini market milik pendatang asal Indonesia yang tersebar di jalan bernomor belasan sampai duapuluhan, nama-nama toko yang akrab di telinga: Srikandi, Ramayana, di sepanjang Morris Street sendiri terdapat tiga toko dalam jarak di bawah 1 kilometer, Pandawa, Indonesia Store, dan Sarinah.

Dari mana saja pendatang asal Indonesia di Phila? Sama seperti jenis makanan dan barang yang dijual dalam mini market Nusantara tersebut, rendang Padang siap saji, bumbu rawon, rokok kretek, kartu telepon gesek ke ‘Indo’, buletin mingguan gratis bernama ‘Dunia Kita’, ‘Kabar Kilat’, fasilitas transfer dolar ke rupiah, pokoknya mini market lengkap dengan benang merah ke tanah air.

Di akhir pekan, beraneka logat daerah dapat terdengar di komunitas ini, mayoritas berbahasa Jawa Timuran yang diucapkan oleh saudara-saudara Tionghwa peranakan. Pada suatu Sabtu pagi, sekelompok engkoh dan encik berkaraoke dengan penuh antusias mendendangkan lagu-lagu Rinto Harahap, di antara kerumunan pembeli dalam mini market yang sengaja dipasangi DVD.

Ketika ada berita duka yang terkait dengan warga Indo, semua toko Indonesia menempelkan pengumuman lengkap dengan foto semasa hidup almarhum / almarhumah, dan disediakan kotak sumbangan bagi yang bersimpati, tak masalah ia mengenal secara pribadi atau sekedar rasa solidaritas sebagai sesama perantau setanah air.

Dalam percakapan sehari-hari mereka menyebut diri sendiri ‘Orang Indo’, dan karena hati-hati agar jangan menyinggung etnis lain, ada etiket untuk tidak menyebut ‘Orang N’ tapi ‘Orang Item’, ‘Orang Putih’, ‘Orang V’ (Vietnam), atau ‘Orang Boyan’ untuk komunitas Hispanic.
‘Guest Workers’ asal Indonesia secara fisik tak setinggi besar atau sekokoh rekan mereka yang ‘Boyan’, ‘Item’, atau ‘Orang Putih’, tapi Orang Indo terkenal sebagai pekerja patuh, dan punya daya tahan luar biasa dalam melakoni panjangnya jam kerja. Jam kerja normal adalah 40 jam seminggu, lima hari kali delapan jam. Pekerja mana lagi kalau bukan Orang Indo yang mau bekerja 6 hari seminggu, 12 jam sehari, bahkan (istilah di kalangan mereka sendiri ‘jual nyawa’) dengan double shift 16 jam sehari? Dari belasan ‘pekerja kerah biru’ dalam komunitas orang Indonesia yang diajak ngobrol, tak seorangpun yang mengatakan bahwa kehidupan mereka lebih nyaman di Amerika. Hati kecil mereka punya ikatan emosi sangat erat dengan tanah air. –“Sayang di Indo ndak mudah untuk cari uang, selagi ada kesempatan ya kumpulin dolar dululah buat modal. Jelek-jelek begini nanti kalau pulang Indonesia aku punya gelar M.B.A. lho, Mantan Buruh Amerika!”. (Joseph AB)

No comments: